kerja keras menggali tanah, tak peduli orang tak peduli, merangkak terus perlahan menuju pusat bumi, sampai habis nafas, sampai seluruh kulit mengelupas aku berikan padaMu, hanya pada-Mu
Senin, 07 Juni 2010
napak tilas cinta
masih melangkah dengan kepala tertunduk; melangkah perlahan, sembari berusaha menginjak jejak yang kau tinggalkan... menghirup udara dalam-dalam, sembari berharap terhirup udara yang sama yang pernah kau hirup...
Selasa, 09 Maret 2010
ketika ada 'dangdut' terselip di situ...
ada jelaga di pelupuk mata mu. ingin ku hapus tapi kau menolaknya. biarkan saja katamu. 'biar semua orang tau aku menangis arang karena sikapmu!' kata2 itu kau ucapkan lantang kepadaku. hahaha... dalam hati aku tertawa! dangdut sekali kata2 itu. seperti aku tak mengenalimu lagi, kau yang rock n' roll... kadang hati bisa membolak balikkan segalanya.. juga seleramu....
[sorry ya kalau tulisan kali ini begitu tak bermutu...tapi sepertinya sayang bila ku buang]
[sorry ya kalau tulisan kali ini begitu tak bermutu...tapi sepertinya sayang bila ku buang]
Senin, 25 Januari 2010
rasa itu bernama [cemburu]
siang yang terik.
bercakap tentang rasa, dia cemburu.. meluap karena kata.
bukan karena kata yang salah, karena kata tak pernah salah.
mungkin tempat yang salah, atau waktu...
dia cemburu... karena kata
bercakap tentang rasa, dia cemburu.. meluap karena kata.
bukan karena kata yang salah, karena kata tak pernah salah.
mungkin tempat yang salah, atau waktu...
dia cemburu... karena kata
Rabu, 06 Januari 2010
bercakap pada sepi
Selamat malam,
Ini tentang cara bercakap. Bercakap dengan orang lain, bercakap dengan kahanan, bercakap dengan diri sendiri. Ini tentang cara bertutur, pemilihan kata, pemilihan emosi yang melingkupi segenap kalimat, pemilihan kondisi dua hati yang mustinya saling terbuka. Ini masalah bertutur. Bagaimana diam menjadi bagian dari kata-kata. Ketika diam justru menjadi media yang tepat untuk bertukar informasi.
Naif memang.... karena diam yang kita bangun justru bentuk bukti nyata dari perhatian yang coba aku berikan padamu. Karena diam adalah bagian dari kahanan yang engkau minta. Naif memang...
Seolah meletakkan belati di dinding jantung. Lalu perlahan, terobek, perih, sakit, namun ini adalah bagian dari perhatian yang ingin aku berikan, karena sungguh... karena sungguh.... mungkin saja ini yang engkau minta. Aku bercakap pada sepi. Aku menatap pada harap, yang entah sampai kapan, fragmen aneh ini dapat kita akhiri.
Ini tentang cara bercakap. Bercakap dengan orang lain, bercakap dengan kahanan, bercakap dengan diri sendiri. Ini tentang cara bertutur, pemilihan kata, pemilihan emosi yang melingkupi segenap kalimat, pemilihan kondisi dua hati yang mustinya saling terbuka. Ini masalah bertutur. Bagaimana diam menjadi bagian dari kata-kata. Ketika diam justru menjadi media yang tepat untuk bertukar informasi.
Naif memang.... karena diam yang kita bangun justru bentuk bukti nyata dari perhatian yang coba aku berikan padamu. Karena diam adalah bagian dari kahanan yang engkau minta. Naif memang...
Seolah meletakkan belati di dinding jantung. Lalu perlahan, terobek, perih, sakit, namun ini adalah bagian dari perhatian yang ingin aku berikan, karena sungguh... karena sungguh.... mungkin saja ini yang engkau minta. Aku bercakap pada sepi. Aku menatap pada harap, yang entah sampai kapan, fragmen aneh ini dapat kita akhiri.
Langganan:
Postingan (Atom)