Irama senja begitu memperdayaku
dan warna lembayung selimuti sepi
mentari jadi bulat
warna merah pudar berbaur kuning
keemasan
duh!
Mana perkasa-ku, kok sirna?
Menyublim dalam lautan ini
Lenyap gaib tuntas segala beban
Aku terbang mengambang
tak berberat tak beruang
dalam suwung - menggapai cahya-Mu
duh!
kerja keras menggali tanah, tak peduli orang tak peduli, merangkak terus perlahan menuju pusat bumi, sampai habis nafas, sampai seluruh kulit mengelupas aku berikan padaMu, hanya pada-Mu
Senin, 07 Juli 2008
AKU, MALAM, DAN SAKIT JIWAKU.
seperti pada malam-malam yang lain,
otak tidak mau berhenti berfikir..
berbaris rapi: mimpi, ide, sesal, rindu, harapan-harapan...
lalu berjejalan
kenangan dan aroma asap terbakar
mungkin saja ada yang terbakar di sela-sela sel-sel kepalaku?
mungkin saja otakku ini sudah terlalu kering,
sehingga yang ada
justru menari-nari tanpa henti,
di saat aku butuh menepi....
mungkin saja,
kapasitas benak aku memang terbatas
mungkin saja,
harapan yang ada kelewat tinggi
sehingga sakit hati yang penuhi hari.
dan berbaris rapi: mimpi, ide, sesal, rindu, harapan-harapan
bahkan kenangan...
berjejalan.
senut-senut
seolah pipa darah dalam otak
tidak muat lagi menyimpan data
lalu malam menjadi semakin aneh.
lalu aneh menjadi semakin malam.
bantu aku.sungguh. bantu aku.
otak tidak mau berhenti berfikir..
berbaris rapi: mimpi, ide, sesal, rindu, harapan-harapan...
lalu berjejalan
kenangan dan aroma asap terbakar
mungkin saja ada yang terbakar di sela-sela sel-sel kepalaku?
mungkin saja otakku ini sudah terlalu kering,
sehingga yang ada
justru menari-nari tanpa henti,
di saat aku butuh menepi....
mungkin saja,
kapasitas benak aku memang terbatas
mungkin saja,
harapan yang ada kelewat tinggi
sehingga sakit hati yang penuhi hari.
dan berbaris rapi: mimpi, ide, sesal, rindu, harapan-harapan
bahkan kenangan...
berjejalan.
senut-senut
seolah pipa darah dalam otak
tidak muat lagi menyimpan data
lalu malam menjadi semakin aneh.
lalu aneh menjadi semakin malam.
bantu aku.sungguh. bantu aku.
Selasa, 01 Juli 2008
bulan cekung;
kepada warga bangsa indonesia,
bangsa yang menawan di belahan bumi persada,
tempat jiwa kita ditanam,
tempat orok kita terlahir,
adalah tanah tumpah darah,
adalah genangan air mata,
adalah lanah cinta dan keriduan,
merah putih langit-mu,
darah dan nanah rakyatmu,
jeritan wanita dan anak-anak-mu
menyanyat....
bukti luka itu masih ada.
namun masih saja ada yang sempat tertawa,
dalam meriah pesta...
sesaat tersendak, bakso atau daging sapi panggang
dan mulut masih saja sibuk bicarakan omong kosong itu...
di belantara kota,
ada bocah nyaris tanpa busana
perut buncit, lengan tanpa daging,
matanya cekung, menatap bulan; pucat
kami dimiskin-kan kami dimiskinkan....
bangsa yang menawan di belahan bumi persada,
tempat jiwa kita ditanam,
tempat orok kita terlahir,
adalah tanah tumpah darah,
adalah genangan air mata,
adalah lanah cinta dan keriduan,
merah putih langit-mu,
darah dan nanah rakyatmu,
jeritan wanita dan anak-anak-mu
menyanyat....
bukti luka itu masih ada.
namun masih saja ada yang sempat tertawa,
dalam meriah pesta...
sesaat tersendak, bakso atau daging sapi panggang
dan mulut masih saja sibuk bicarakan omong kosong itu...
di belantara kota,
ada bocah nyaris tanpa busana
perut buncit, lengan tanpa daging,
matanya cekung, menatap bulan; pucat
kami dimiskin-kan kami dimiskinkan....
anak anak-ku
senyum tulus mereka, sungguh
menjadi bara baru dalam dada
tawa lepas mereka, sungguh
menjadi pelepas dahaga cinta dalam jiwa
bermain bola bersama mereka
menjadi istirah yang berkualitas
terima kasih, "anak-anak"-ku.
menjadi bara baru dalam dada
tawa lepas mereka, sungguh
menjadi pelepas dahaga cinta dalam jiwa
bermain bola bersama mereka
menjadi istirah yang berkualitas
terima kasih, "anak-anak"-ku.
Langganan:
Postingan (Atom)